KUWALAT
@abuafi
Senin, 17 April 2006
Seorang pemuda sedang naik motor dengan kecepatan normal di jalanan sepi di tengah area sawah. Dalam perjalannnya itu secara tidak sengaja dia menyerempet bapak tua yang sedang berjalan di bahu jalan tetapi memang kemudian orang itu secara tiba-tiba berjalan agak ke tengah, mungkin dia sudah agak pikun. Serta merta pengendara motor itu terjatuh walaupun badannya dan motor itu tidak lecet, dia membentak.
" Pak, ati-ati dong kalo jalan. Gara-gara menghindar bapak, saya jadi terjatuh ! "
" Aduh aden, maaf ya. Saya tidak menyadari kalo jalannya agak ketengah jalan. Maap ya den." dengan tatapan mata yang tampak memerah setengah takut orang tua itu meminta maaf.
" Ya udah !.. dasar orang tua.." sepeda motor itu langsung ngeloyor pergi.
Tak berapa lama kemudian, sekitar limaratus meter dari pak tua itu, ternyata ada kecelakaan lagi. Sebuah mobil menyerempet sepeda motor. Dan ternyata pengendara motor itu adalah pemuda yang menyerempet bapak tua tadi. Dia sedang ngelamun memikirkan kecelakaan yang baru saja dialaminya, sehingga tidak menyadarai posisinya yang semakin berhadapan dengan sebuah sedan dari arah berlawanan. Sebuah bel berulang-ulang dari sedang menyadarkannya, otomatis dia banting setangnya ke arah kiri kembali, tetapi terlambat. Bemper depan sedan sempat mencium ujung knalpot sepeda motornya, sehingga oleng dan akhirnya pengendara dan motornya jatuh dan masuk kesawah. Pemuda itu langsung berdiri, badannya tidak apa-apa hanya motornya yang rusak. Dia memaki-maki kepada sopir mobil sedan itu. Karena sedan tersebut melarikan diri.
Apes, adalah kata pertama yang bisa disebut dari cerita ini. Sepintas tampaknya memang suatu rentetan yang berbeda, di kecelakaan pertama pemuda itu tidak ada masalah, biasa naik motor di tempat sepi dengan agak cepat. Kecelakan pertama karena orang tua itu. Dan kecelakaan kedua mungkin memang karena dia sendiri yang agak lengah. Inikah intisarinya ?
Satu hal terlupakan dari kisah ini, sesuatu yang bersifat secara tersirat bukan tersurat. Yaitu kata-kata yang diucapkan oleh pemuda ini. Tidakkah kata-kata itu sangat menunjukkan sifatnya ? sifat anak muda yang pemarah, suka menjadi jagoan, merasa menang, tak mau kalah, dan lain-lainnya. Sebuah kata-kata yang memang jika ditulis dikertas hanya satu baris. Tetapi kata-kata itu adalah senjata, senjata seorang politikus yang berkampanye didepan pendukungnya. Mengucapkan dan menyampaikan mimpi-mimpi. Kata-kata sangatlah mempengaruhi pendengarnya. Membuat terpana, membuat yakin, membuat percaya, membuat sedih, membuat marah, membuat tertawa, membuat sakit, membuat apapun. Semua itu hanya disebabkan oleh kata-kata.
Jika Anda adalah bapak tua tadi, bagaimanakah perasaan Anda saat mendengar kata-kata pemuda tadi ? Ingat kata-kata " Ya udah !.. dasar orang tua.." dari si pemuda saat dia hendak beranjak dari kecelakaan pertama ?. Siapa tidak sakit jika mendengar kata-kata itu ? Siapa yang langsung tidak menekan amarah mendengar kata-kata itu ? Mungkin memang ada yang bisa menahan diri seperti bapak tadi, tapi berapa persen sih ? sampe sepuluh persenkah ?.. Bisa lah dihitung dengan jari orang-orang yang seperti ini. Sangat amat teoritis.
Kecelakaan kedua inilah yang nampaknya menarik. Mungkin secara teori adalah wajar, seorang yang baru saja mengalami kecelakaan, hatinya tidak tenang. dan kemudian akan melakukan perbuatan yang mungkin ceroboh. Sehingga terjadilah kecelakaan kedua itu. Tetapi mungkin ada sesuatu hal kecil yang dilupakan.
Memang benar, tampaknya kata-kata si-pemuda pada kecelakaan pertama menimbulkan efek domino yang besar. Begitu pemuda itu berkata " Ya udah !.. dasar orang tua..", otomatis orang tua itu akan kaget, dalam hati langsung terasa nyeri, sehingga mungkin bisa berakibat munculnya harapan di hati kecilnya agar si pemuda diberi pelajaran. Hal kecil yang tidak dimunculkannya pada roman muka pak tua, tidak pula dimunculkan pada tindakannya terhadap si pemuda. Tetapi suara hati kecil itu sempat muncul. Inilah yang biasanya memang tidak disadari oleh siapapun, tidak pula oleh kita, kita tak pernah menyadari saat berbincang-bincang dengan seseorang, kita tak pernah merekam pembicaraan kita dan efek yang diakibatkan pada orang itu. Ya itu hal kecil yang sangat amat kecil. Tak terasa ternyata itu juga bisa menjadi do'a bagi yang teraniaya.
Mungkin orang tua itu tergolong yang teraniaya, sehingga doa kecil yang hanya tersiratpun didengarkan oleh-Nya. Dikabulkan atau tidak itu sudah bagian dari kehendak-Nya. Wallaahu'alam bisshowab. Tetapi Kuwalat kah ini namanya ?
~b~
0 komentar:
Post a Comment
Monggo dipun raos lan dipun rasani kemawon.. ;-)