Friday, February 24, 2006


CINTA ?

@abuafi
Surabaya, 24 februari 2006

Cinta.

Kata berhuruf lima
kata bersarat makna
kata bersalah darinya
kata berarti darinya

Cinta.
Kata pembuat gila
kata pembuat asa
kata pembuat hampa
kata pembuat nestapa

Cinta.

Kata yang membuat satu
kata
yang mem
buat baru
kata
yang mem
buat haru
kata
yang mem
buat malu

Hampir seluruh penulis yang membahas masalah cinta pasti selalu memiliki definisi yang berbeda tentang cinta. Mungkin jika diadakan seminar tentang 'definisi cinta' pun dipastikan akan sangat berjalan alot. pembicara A dengan pembicara B tidak bisa menemukan definisi yang bisa berada di tengah-tengah. Apalagi misalkan yang diundang adalah Naek L Tobing sebagai pembicara A, dan pembicara B nya Neno Warisman. Naek akan memberikan definisi dari sisi perilaku seksual, sedangkan Neno kemungkinan akan mendefinisikan dari sisi kaidah humanisme. Akan sangat menarik tentunya. Semua mungkin saja benar, dan mungkin saja salah. Tengah-tengah akan sulit ditemukan, mungkin yang tengah adalah : bahasa inggrisnya cinta = love.

Pada edisi februari ini, majalah National Geographic Indonesia (NGI) menampilkan artikel-artikel perihal cinta. "Cinta, gejala dan reaksi kimiawinya" sebuah judul yang rada aneh terkait dengan tema-tema yang biasanya diusung oleh NGI, yang mana biasanya selalu mengusung tema-tema alam dan perilakunya, seperti yang edisi januari lalu adalah bertema "Belalang". Gambar dimuka langsung ditunjukkan seorang wanita yang memeluk laki-laki. belum lagi gambar-gambar didalamnya yang ternyata tidak jauh beda dengan yang ada pada cover. Sungguh aneh.

Isinya langsung diawali dengan kata "Saya.." berupa cerita pernikahan dari sang penulis yang juga sebagai peneliti. Setelah cerita panjang lebar hingga dua halaman, barulah masuk kepada permasalahan unsur kimiawinya. Menyebutkan salah satu penelitian Fisher selama sepuluh tahun perihal cinta dengan mesin MRI-nya (Magnetic Resonance Imaging). Perasaan cinta menyalakan claude nucleus karena merupakan pangkalan yang sarat dengan saraf penerima yang menyebar untuk pemancar saraf yang disebut dengan dopamin. Tapi informasi 'ilmiah' ini ternyaha hanya sedikit sekali. Setelah satu halaman membahas, kembali kepada kisah-kisah percintaan versi barat yang sangat bernuansa sex secara fisik, tak ada analisis perihal 'rasa'.

Dengan 'sajian' yang seperti itu, membuat akhirnya perlu dikirimkan email kepada redaksi majalah NGI ;

----- Original Message -----
Sent: Wednesday, February 22, 2006 8:14 AM
Subject: CINTA ? bukan bidangnya NG
> Sejak tahun 90-an saat kuliah dulu, saya sudah sering membeli buku-buku NG
> mellui program BOMC (Book of Month Club), mungkin sudah puluhan buku yang
> saya beli tersimpan baik diperpustakaan pribadi saya. Dan saat ini saya
> sudah berlangganan majalah NGI ini mulai dari edisi pertama pada april tahun
> lalu, saya tidak tahu merupakan pelanggan yang keberapa. Saya suka sekali
> dengan cara majalah ini mengemas informasi dan tentunya dengan dukungan
> foto-foto yang sangat menarik dan unik, sangat jarang ditemukan pada
> majalah-majalah lokal yang lainnya.
> Tetapi khusus pada edisi februari lalu, terus terang saya agak kecewa dengan
> sajian utamanya. Pertama dari foto di cover dan didalam majalah (hal 28, 32,
> 36, dan 38) yang menurut saya sama sekali tidak ada hubungannya antara cinta
> dengan berciuman, gambar itu lebih banyak menggambarkan tema yang berkaitan
> dengan 'sex'. Kemudian kedua, dari Judul di cover "Cinta, gejala dan reaksi
> kimiawinya" ternyata juga sama sekali berbeda dengan isi didalamnya. Saya
> hanya membaca yang terkait dengan proses kimiawi dan pengetahuan adalah pada
> satu-dua paragraf saja, selebihnya adalah cerita romansa plus cerita-cerita
> yang saya rasa lebih cenderung kepada masalah psikologi. Terkadang saya
> merasakan, kok seperti baca cerpen pada majalah remaja ya ?
> Mohon maaf jika kritikan saya ini salah. tetapi sebagai pembaca setia,
> rasanya isi pada edisi februari ini, NGI keluar dari jalur yang saya kira.
> Dan demi kemajuan NGI, saya harap bisa bermanfaat untuk agar tetap pada
> jalur yang seharusnya.


Dan tak berselang lama, sehari kemudian muncul jawaban dari NGI. yang isisnya adalah sebagai berikut ;
----- Original Message -----
Sent: Thursday, February 23, 2006 6:50 PM
<>Subject: Terima kasih atas Tanggapan Cinta
Bapak yang baik,
Terima kasih atas tanggapan tentang edisi Cinta yang baru saja berlalu. Namun kami akan sertakan link sebuah tulisan cinta - yang di tinjau dari sudut Kimia yang ditulis oleh Pak Ismunandar, dosen kimia Institut Teknologi Bandung. Beliau sedikit mengutip Cinta dari National Geographic Indonesia.http://www.kompas.com/kesehatan/news/0602/10/165414.htm
Semoga bermanfaat,salam,bayu.National Geographic Magazine Indonesia

Kalo baca jawaban surat itu, rasanya masih belum menjawab kritikan intinya. tetapi link yang dikirimkan cukup menarik , disajikan dalam kajian yang menarik dan sepertinya malah lebih berbobot dari pada tulisan di majalah NGI itu sendiri.

Masalah diatas pun sebenarnya satu hal perbedaan interpretasi dari dua kepentingan yang berbeda. Dan ini adalah masalah "definisi cinta", belum lagi membahas masalah "Cinta". tentunya lebih menarik lagi jika dibahas.

Cinta..
memang pembawa masalah.

Wednesday, February 15, 2006

Kota di kaki Pulau "K"



@abuafi

Kendari, 9 Februari 2006



Kendaraan yang bernama taksi ini melesat cepat dari bandara Wolter Monginsidi menuju kota Kendari. Bandara yang bisa dikatakan nyaris rubuh karena sudah banyak kerusakan disana-sini itu sebenarnya memang sudah akan diganti. Diseberang lintasan pesawat yang hanya cukup untuk dilandasi satu buah pesawat telah siap sebuah bangunan yang cukup megah, itulah rencana bandara yang baru. Tanda 'ika' dipinggir jalan tertulis KDI 30, berarti tiga puluh kilometer perjalanan yang musti ditempuh 'ADE Taksi' ini dari bandara ke kota. Perjalanan yang tidak terlalu panjang sebenarnya, karena terlihat jalanan yang cukup lebar dan sangat lengang. Jauh sekali perbedaannya dengan jalan keluar bandara Juanda di surabaya, walaupun tidak lebar tetapi sangat ramai.

Begitu keluar dari halaman bandara yang mungkin hanya berukuran dua puluh meter kali dua puluh meter itu langsung disuguhi pemandangan menarik. Ada kelihatan hewan yang berkaki empat dan seperti yang ada di istana bogor, menjangan kata orang atau rusa. Terlihat lebih dari sepuluh ekor sedang enak sekali menyantap rerumputan yang ada di kebun rumput disamping parkir taksi. Mereka kelihatannya sama sekali tidak terganggu dengan lokasi yang ada disekitar bandara milik TNI angkatan udara itu. Lokasinya memang pas sekali berhimpitan dengan bandara tetapi terdapat pagar kawat yang cukup luas menutupi area menjangan sehingga maling pun juga pasti tidak akan berani mengambilnya. Dan tentunya walaupun tidak dipagaripun pasti orang akan berpikir dua kali untuk memburu hewan itu, karena lokasi hewan itu juga merupakan area TNI angkatan udara .

Membayar retribusi di gerbang bandara bukan berarti telah memasuki area keramaian seperti di kota jakarta atau hanya surabaya. tetapi begitu selesai membayar retribusi, langsung terlihat daun dedaunan dari macam macam pohon mengiringi perjalanan menuju kota. Pohon mangga juga terlihat, hanya jumlahnya tidak banyak, mungkin proporsi yang paling besar selama perjalanan itu adalah pohon kelapa, terlihat nyaris setiap sepuluh meter ada lima pohon disepanjang jalan. Kemudian adalah pohon jambu mete, atau juga ada yang menyebutkan 'mede', cukup banyak juga. Pohon ini menghasilkan 'mete kendari' yang cukup dikenal sebagai bagian khas oleh-oleh kendari, kalo di toko dijual sekitar tiga uluh empat ribu setiap satu kilo mete mentah. Kalau mete yang sudah matang lebih mahal, sekitar enam belas atau tujuh belas ribu untuk seratus gram, baik rasa asin ataupun rasa pedas.

Pohon kakao juga terlihat disana-sini, yang bentuknya seperti tanaman kopi. Dari pohon inilah maka akan menghasilkan buah kakao yang kemudian diolah menjadi cokelat yang pada tanggal empat belas februari ini sangat banyak yang mencarinya, yaitu sebagai hadiah valentine's day katanya. Mungkin lebih dari lima puluh persen orang yang biasa membeli cokelat tidak tahu bahwa itu berasal dari buah kakao yang sangat banyak di sulawesi tenggara ini. Memang selain di Kendari, wilayah yang juga banyak pohon kakao di propinsi sulawesi tenggara adalah di pulau buton.
Dan tentunya masih ingat pula dengan pelajaran geografi saat SD dulu yang mengajarkan bahwa di pulau buton adalah pulau penghasil aspal, hingga saat ini pun ternyata juga masih berjalan. Mungkin jika bisa mampir ke pulau buton, akan banyak sekali tempat wisata yang menarik, seperti tempat-temat bersearah kerajaan buton hingga ke taman laut wakatobi yang sangat indah dan menawan.

Tidak sampai dua puluh menit perjalanan dari bandara akhirnya sampailah ke kota kendari, sebuah kota ibukota propinsi sulawesi tenggara. Tidak terlihat tanda menyolok yang menunjukkan bahwa telah memasuki wilayah kota, hanya ada tanda berupa perempatan bundaran yang kalau lurus akan menuju ke ujung teluk dimana ada perkantoran instansi pemerintah propinsi. Sedangkan begitu belok kiri maka beberapa kilo lagi masuk ke perkotaan, ditandai pula oleh perempatan Wua-wua yang terlihat cukup ramai. Perempatan wua-wua sangat ramai, penuh dengan angkutan kota berwarna biru muda yang biasa disebut dengan 'pete-pete'. Pete-pete ini sangat mendominasi, bahkan sepeda motorpun tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan pete-pete ini, benar-benar mendominasi wua-wua,

Baru kemudian dari perempatan wua-wua menuju ke arah selatan akan menemui stadion olahraga yang tampaknya terlihat sedang ada yang menggunakan. Tampaknya salah satu parpol yang berbendera warna dasar putih dan ada gambar bulan sabit kuning serta padi sedang ada acara. Dari koran Kendari Pos tampaknya informasi yang tepat bisa diperoleh, partai keadilan sejahtera sedang menyelenggarakan musyawarah nasional digelora. Memilih pemimpin baru untuk wilayah propinsi sulawesi tenggara.

Tidak berapa jauh dari situ, terdapat alun-alun kota yang lapang, bahkan sangat lapang. Tidak banyak pepohonan disana, kebanyakan berisi rerumputan dan padang ilalang. Alun alun yang terbagi dua, sisi barat dan sisi timur itu terlihat sedang berbenah-benah. alun-alun yang sisi timur sedang ada proyek pembangunan. Bangunan terlihat agak aneh, seperti bangunan Stadium Yunani yang penuh pilar-pilar, mengelilingi ruang lapang ditengah. Katanya juli 2006 ini akan ada perhelatan besar di kendari, yaitu acara Musabaqoh Tilawatil Al Qur'an atau MTQ tingkat nasional. tampaknya bangunan itu dibangun dengan ada percepatan penyelesaian, mengejar waktu yang hanya tinggal lima bulan lagi.

Masjid Al kautsar berdiri tak jauh pula dari alun-alun, hanya posisinya tidak seperti masjid agung yang biasanya ada di sebelah barat alun alun. Masjid ini berdiri sekitar tiga ratus meter setelah alun-alun, melalui jalan raya dahulu. Terlihat cukup sepi, mungkin karena memang waktunya bukan waktu sholat.

Setelah itu menuju teluk kendari akan melalui pusat perbelanjaan yang bangunannya masih terlihat baru, sebuah mall. Mall ini mungkin sangat berbeda isinya bila dibandingkan dengan yang ada di jawa. Isinya paling banyak adalah merupakan stand-stand toko pakaian dan elektronik. Kalau dibawah dan dibelakang mall itu adalah pasar tradisional, banyak ikan kering (ikan asin) yang dijual disana.

Cerita ini hanyalah sepenggal ilustrasi kota di kaki pulau "K", kota Kendari.

-b-

Tuesday, February 14, 2006


Pisang epek yang mendengung
@Abuafi
Kendari, 11 Februari 2006


Pisang Epek panggilannya
bakar sebiji di teluk kendari
Bayang hitam membahana
Sekadar hati tanpa isi

Matahari sore nan semakin indah dipandang tampak semakin masuk kedalam lautan teluk kendari. Cahaya merah memenuhi langit membuat mata menjadi rana. Kicauan burung dari vihara diatas tebing semakin ramai. Tak berapa lama terlihat hamburan burung camar terbang menari diatas vihara. Sebuah vihara tampak tegak berdiri di atas tebing samping teluk. Bergerak semakin cepat siburung camar menukik tajam kebawah. Tepi teluk sasarannya, berdiri tegak ia di samping sang bapak si pembuat pisang epek.


Samar-samar, terdengar suara mendengung dari kuping kiriku..
"Lima porsi ya pak" dengan suara agak keras aku pesan ke bapak itu, karena angin dan suara gelombang cukup membahana, membuat telinga berkurang sensitifnya.

Dengan penuh cekatan bapak itu mengupas pisang kepok yang berwarna kuning agak kehijauan, begitu cekatannya nyaris tak kelihatan karena cuaca sudah sangat petang. Sepuluh pisang telah dikupasnya hanya dalam satu menit. Masih ada suara dengungan yang terasa semakin menarik, "Ah.. mungkin itu suara desiran angin " pikirku.

Sebuah alat tampak dikeluarkan, seperti alat steples yang berukuran besar. Biasanya kalau ditempat fotokopi, alat seperti itu biasa untuk melakukan penjilidan ada alat seperti itu. Hanya alat itu ternyata agak lebar bagian tengahnya. Ternyata sang bapak menggunakan alat itu untuk menekan pisang sehingga menjadi pipih dan lebar, bentuknya menjadi seperti ikan bawal. Lantas diangkatnya pisang yang telah pipih itu dan diletakkan keatas panggangan arang, dipanggang.

Tetap masih terdengar suara dengungan, semakin penasaran rasanya..
" suara apa ya?" karena kurasakan saat itu semilir angin agak berkurang, tetapi masih terdengar dengungan aneh itu.

Sambil menunggu pemanggangan, dikeluarkannya lima piring kecil dan diambilnya botol yang berisi cairan warna hitam agak merah. Itu cairan dari gula merah katanya, yang sudah pula dicampuri dengan santan dan garam. Kelihatan sekali warna asli dari gula merah yang masih tampak murni, pasti sangatlah manis. Dituangkannya satu persatu dengan cairan itu, lima piring kecil siap di isi.

Sepuluh menit sudah berlalu, ternyata belum selesai upacara pembuatan pisang epek ini, sangat membuat penasaran. Tambah penasaran lagi karena suara dengungan itu tak berhasil kutemukan..

Secara tiba-tiba sang bapak mendadak mengambil sebuah parang besar, untuk apakah ?. Dengan keras dia pukulkan pada benda yang terlihat seperti benda bulat berwarna kehitam-hitaman, kilauan sinar matahari terbenam membuat tak terlihat mata memandang. Diambilnya isi dari benda itu dan dimasukkannya kedalam piring, masing-masing satu dan membaur dengan cairan gula tadi. Akhirnya pisang telah tampak sedikit gosong dan tentunya terasa panas. Satu piring diisinya dua buah pisang pipih yang ada sedikit hitam-hitamnya.

"Alhamdulillah", akhirnya penantian menunggu makanan sulawesi ini hapy ending. Cicipan lidah pertama agak terasa aneh, terasa seperti manis, tapi juga agak asin pahit. Pisang dioleskan cairan dan langsung masuk kemulut. Langsung bisa ditebak, ternyata ada rasa durian. Ya, ternyata yang diparang oleh bapak tadi adalah buah durian. Hmm emakin lezat saja menikmati pisang epek ini. Durian pula menunya. Sungguh Nikmat...Alhamdulillah

Tetapi rasa enasaranku akan satu hal yang diawal tadi tidak juga ketemu, akhirnya aku menyerah. langsung saja kutanya kepada sang bapak pembuat pisang epek.

"Maaf pak, saya mau tanya"
"Ya dik, ada apa ya ?".. suara dengungan tiba-tiba terhenti, aku jadi ragu mau bertanya..
"Gini pak, dari tadi waktu saya datang, kok saat ke tempat bapak ini sepertinya saya mendengarkan suara-suara berdengung .nggggg gitu ya pak ?"
"Apakah suara angin ya pak " saya langsung coba menebak
"O, iya memang ada, itu suara saya kok"
"Suara bapak ?" aku terheran-heran, karena seingatku sepertinya mulutnya tidak bergerak saat membuat pisang epek tadi.
"Iya, suara saya, kebetulan saya sedang mengaji, mohon maaf dik kalo itu mengganggu."

Subhanallah.. aku langsung terdiam. Diam terpana tak punya kata.

"Dik,. dik.. maaf ya"
"Oh, enggak papa kok pak, sama sekali nggak papa. kalo gitu saya yang minta maaf " Aku langsung terkaget-kaget.

Allah memang memberikan sesuatu itu selalu ada pembelajaran didalamnya, disaat apapun, dimanapun tempatnya. Termasuk di teluk kendari yang sepi ini. Masih ada seorang bapak tua yang senantiasa mengisi kegiatannya dengan iringan alunan 'dengungan' ayat ayat suci-Nya. Allah telah memberikan pelajaran bagi kita semua. Banyak cara untuk membuat kita menjadi orang yang beriman dan beramal soleh.

"Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, merekalah ahli surga, karena mereka telah beriman dan menjalankan apa yang diwajibkan kepada mereka berupa amal saleh. Mereka kekal dan abadi di dalamnya" (Albaqarah :82).

~b~


Thursday, February 09, 2006

Shalat di Masjid Cheng Hoo



@abuafi
Surabaya, 6 Januari 2006


Sholat Jum'at di Mesjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya memang sedikit berbeda. Ya sedikit saja, yaitu perihal struktur bangunannya. Bangunan yang unik, berupa bangunan berarsitektur khas budaya cina sama persis dengan klenteng, tempat sebahyangnya agama Khong Hu Cu. Jikalau klenteng itu penuh dengan bau dupa dari orang yang sembahyang disana, maka di masjid ini Alhamdulillah berbau parfum dari jama'ah yang sholat.

Kalo sejarahnya Laksamana Haji Zheng Hee (Cheng Hoo) atau dikenal dengan nama Ma Zheng He itu memang seorang muslim yang menjadi orang kepercayaan kaisar Cina Yongle, kaisar ketiga dari dinasti ming (tapi bukannya Ming Flash Gordon). Dia awalnya adalah seorang kasim, ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Hoo ditangkap dan kemudian dijadikan kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi yunnan (seperti halnya suku cina yang sekarang ini merupakan konglomerat-konglomerat yang ada i negara indonesia ini).

Menurut majalah National Geoghrapic langgananku saat edisi khusus Cheng Hoo beberapa bulan lalu, ternyata kapal yang dipakainya untuk ekspedisi keliling dunia, diantaranya di Indonesia yang mampir ke Surabaya, palembang, dll itu ternyata berukuran sepuluh kali lipat dari kapalnya Vasco da gama yang juga seorang pelaut yg keliling dunia dari portugis. Sangat menrik sekali kalo membaca sejarahnya. kapan ya ada film tentang Laksamana Cheng Hoo ini ya ? wah pasti lebih menarik dari Columbus.

Sambil duduk, kucoba menghitung perkiraan kapasitas dari mesjid itu, hanya berkapasitas sekitar dua ratus-an orang. Dengan posisi di belakang mighrab itu lebih tinggi dari yang di selatan dan utaranya dan hanya sekitar seratus orang, baru kemudian di sebelah utaranya yang satu meter lebih rendah berkapasitas lima puluh, demikian pula dengan yang disebelah selatan, sama persis. Setelah itu tidak ada lagi space untuk sholat kecuali dua tangga masuk di bagian timur yang kalo pas sholat jum'at ini setiap anak tangganya juga dipake untuk sholat. benar-benar kecil, sehingga tak heran aku sewaktu sholat jumat jama'ahnya membludak keluar dan akhirnya dua lapangan basket yang ada di pelataran timur itu dipasang tenda dan digelar karpet untuk menampung yang tidak kebagian didalam.

Kulihat warna merah mendominasi, walaupun ada warna lain seperti kuning dan hijau, persis seperti klenteng. Batu bata merah adalah temboknya seperti tembok bangunan bali yang juga menggunakan batu bata merah. Hanya kalau disini, warna merahnya lebih menyala. Kaligrafi bertuliskan Alloh dengan format huruf kanji. Yang cukup unik lagi adalah tidak ada pintu. Sama sekali tanpa pintu, jadi lebih mirip joglonya orang jawa sebenarnya. Kondisinya terbuka sekali.

Ada sesuatu yang sangat unik, yang mungkin tidak semua orang memperhatikan itu, yaitu pada mimbar tempat ceramah. Sebuah mimar dari kayu berwarna kecoklatan dan terdapat logo PITI disana, tertulis Pembina Iman Tauhid Indonesia serta Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Kemudian kuamati lagi, kok ada logo bundar agak kecil di samping kiri dan kanan dari logo PITI ya ?. aku kaget, ternyata dua logo kecil itu tulisannya adalah "ROTARY INTERNATIONAL" kok bisa ya ?

Padahal setahuku LSM
itu termasuk bagian dari misionaris kristenisasi, tapi entahlah.. seingatku dulu begitu.

~b~




Dua jam dalam catatan
@Abuafi

Surabaya, 3 Januari 2006

Udara hari itu mendung sekali. berita dari jember sangat memilukan, tanah longsor menimpa 6 desa dengan korban lebih dari lima puluh orang..

Innalillaahi wa Inna Ilaihi Rooji'un.


Langit diatas Surabaya sangat gelap, gelap sekali. Dan dengan alasan itu ditambah khawatir kalo anakku nggak siap dengan Ujian besok, maka aku segera pulang jam setengah lima sore tepat.

Keluar dari samping Tunjungan Plaza IV yang ada SOGOnya itu aku langsung masuk kejalan Embong malang. Mendung dengan rintik-rintik jatuh beriring-iringan laksana Symponinya Mozart tepat saat didepan Hotel JW Mariot. Begitu belok kiri menuju kedung doro, hujan mulai lebih deras. Kadang aku musti mempercepat putaran wiper mobil agar pandangan tidak terganggu oleh derasnya hujan.

Mobil dan sepeda motor kian banyak, sehingga mau nggak mau aku hanya berjalan nggak lebih dari duapuluh kilometer per jam, kadang malah berhenti. Di pasar kembang,yang memang banyak kaki-lima kaki-lima penjual kembang terlihat sudah memasang stand dipinggir jalan, otomatis membuat kondisi bukan menjadi lebih baik. Air mulai nampak dipinggir jalan, mengalir sedikit demi sedikit dengan warna yang khas, coklat kehitam-hitaman. Dari kiri jalan yang memang pisisinya lebih rendah menuju ketengah jalan yang rame dengan kendaraan.

Akhirnya begitu sampai pada perempatan jalan diponegoro dan dr.sutomo terlihatlah puncak dari cuaca sore itu. Pucuknya air mencapai setengah ban mobil kijangku membuat seluruh kendaraan berjalan lambat, pengendara sepeda motor bebek didepanku sering sekali memutar tangan kanannya sehingga asap dari knalpot itu menambah putih pandangan depan mobilku.

Hal menarik kuliat disamping kananku seorang bapak tua dengan menggunakan topi mandor tebu yang peninggalan jepang tampak sedang asyik menikmati kendaraannya, sebuah sepeda kumbang tahun lima puluhan. Memang kalau kondisi seperti ini sepedalah yang menang, dengan keunggulannya yang tanpa motor. Bodinya yang kecil dan ringan membuatnya bisa bergerak leluasa melalui celah-celah diantara mobil dan sepeda motor. Jarak seratus meter bisa ditempuhnya hanya dalam satu menit, mencolok sekali dengan mobilku yang baru bisa mencapai jarak seratus meter itu setelah tigapuluh menit. Benar-benar situasi yang sangat tidak menyenangkan.

Sekilas kulihat seraut wajah dijendela berhujan hujanan tanpa membawa payung yang bisa melindunginya dari air hujan yang deras. Tubuhnya yang kurus terbalut kaos tipis bergambar padi dan bulan sabit warna kuning dan hitam,
"logo partai keadilan sejahtera" pikirku.
Tok..tok..tok, kutahu maksudnya.
Dengan cepat tanganku langsung bergerak meraih koin-koin yang ada di bawah tape mobil kijangku. Dua koin seratusan kuberikan kepadanya, cukupkah itu ?..entahlah, tetapi bila dia berhasil memperoleh nilai yang sama dari sepuluh mobil saja pada saat itu,berarti baru bisa untuk membeli bakso yang bunderannya ada empat biji dicampur mie yang katanya mengandung formalin pengawet mayat itu. Cukupkah ?..
Wallaahu'alam.

Seraut wajah di jendela
Mengetuk daun pintu hatiku
Menghiba kau menghiba
Mengharap dapat uang sekeping dua
.......

Achmad Albar tak kan tahu kalau lagunya kunyanyikan disaat yang tepat dengan alunan vokal falsku.

Kemacetan berikutnya adalah di perempatan Jalan darmo dan diponegoro,atau tepatnya di depan kebon binatang wonokromo. Masih untung ternyata lampu lalu-lintasnya tidak mati, papan timer-nya yang baru memang terlihat sedang mati, tetapi lampu merah-kuning-hijau masih menyala normal, tidak kurang sesuatu apa. Ada pak polisi disana, sibuk mengatur sepeda motor yang lalu lalang pelan-pelan. untungnya juga disitu tidak banjir, tetapi tidak lama,setelah perempatan sudah menunggu genangan air setinggi lutut yang menyambut kendaraan itu satu-persatu. otomatis harus berjalan beriringan seperti karnaval saja rasanya. Ini ternyata juga bukan kemacetan terakhir dalam perjalanan pulang itu.

Didepan Giant hypermarket sangat panjang sekali kemacetannya. Banjir sudah tidak ada, tetapi hujan masih saja deras. Dari Tunjungan Plaza hingga di Giant aku sudah menempuh waktu satu setengah jam, padahal biasanya kalau normal (macet sedikit) itu hanya sekitar empat puluh menit. Inilah kotaku, kota Surabaya, kota pahlawan saat 10 nopember tahun 1945 dan sekarang adalah kota banjir ditahun 2006.

Bunderan Dolog ternyata tidak jauh beda, tetap kondisi perjalanan 'lemah-gemulai' tanpa adanya perubahan yang berarti. Dan yang terakhir adalah di bunderan Waru, masih mending memang daripada sebelum-sebelumnya, jalanan jalur kiri A Yani cukup lenggang, tidak ada masalah. Kubelokkan setir ini kearah kiri, pelan-pelan kuarahkan ke lajur tengah sambil sedikit-sedikit kulihat spion kananku, siapa tahu ada jeda yang cukup untuk memasukkan mobilku sehingga masuk kelajur kanan. Lajur kanan setelah bunderan waru yang menuju ke sidoarjo itu adalah lajur favorit dari seluruh kendaraan roda empat yang ke sidoarjo, karena dari situ akan lebih nyaman menaiki jembatan layang didepan terminal bungurasih, tanpa harus repot-repot macet lagi melalui pasar dibawah jembatan.

Akhirnya aku sampai juga dirumah..
Alhamdulillah. jam setengah tujuh malam,tepat dua jam lama perjalanan yang kutempuh sore itu.


Dua jam perjalanan dalam sebuah catatan

-b-
http://www.sarikata.com/index.php?fuseaction=home.baca&id=7299

Tuesday, February 07, 2006

Pencapaian
@abuafi
Surabaya, 7 februari 2006


Surabaya kota pahlawan
Tempat menambang mencari makan
Surakarta kota kelahiran
Tempat bernaung handai taulan

Saban siang di perjalanan
Bersama teman terawang jalan
Sahabat amatlah mudah ditemukan
Bersatu hati bukan mainan

Hai kawan
jangan dekap harapan

Tinggal selangkah
capai tujuan

~b~

http://www.sarikata.com/index.php?fuseaction=home.baca&id=7298

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut