Surabaya, 26 Des '06
" Ada peluang bisnis lho mas.."
" Si kecil umurnya berapa ?.. "
" Mbak yang disini belum masuk yaa ?"
Kata demi kata yang ceria begitu terasa, begitu berat dan serak-serak basah. Memang bahasanya terasa standar, bahasa yang mungkin bagi saudara-saudara yang sering ke terminal sangat terasa familiar. Dan ternyata tidak hanya omongannya yang familiar, tetapi orangnya juga sangat mengasikkan, begitu dekat, terasa seperti bicara dengan teman yang sudah lama kenal. Orang yang hangat dan ramah.
" Si kecil umurnya berapa ?.. "
" Mbak yang disini belum masuk yaa ?"
Kata demi kata yang ceria begitu terasa, begitu berat dan serak-serak basah. Memang bahasanya terasa standar, bahasa yang mungkin bagi saudara-saudara yang sering ke terminal sangat terasa familiar. Dan ternyata tidak hanya omongannya yang familiar, tetapi orangnya juga sangat mengasikkan, begitu dekat, terasa seperti bicara dengan teman yang sudah lama kenal. Orang yang hangat dan ramah.
Tangan kecil dengan guratan nadi yang nampak menutupi tulang kecilnya senantiasa memegang dengan erat ilmu-ilmu yang banyak dibutuhkan orang. Kepala gundulnya selalu dalam keadaaan klimis seperti tentara, potong pendek. Mungkin dia punya cita-cita jadi tentara tetapi tidak jadi. Baju yang putih transparan memperlihatkan badannya yang kurus kering dengan tulang-tulangnya yang masih kelihatan. Walaupun matanya sepertinya yang berfungsi hanya satu, tetapi senyuman dari mulutnya senantiasa terkembang. Senyum manis seorang kakek kepada sang cucu.
"Mbah, sekarang cucunya lagi dimana nih", seseorang menyeletuk dengan pertanyaan yang selalu sama ditanyakan kepadanya setiap minggu.
"Oh, tenang ajah.. ini nih sekarang dia lagi cari pacar. Ada yang mau ?" seraya ditunjukkan tabloid 'Nyata' yang menampilkan selebriti Dian Sastro.
Benar, memang namanya adalah Sastro. Kami biasa memanggilnya Mbah Sastro.
Dikantor dengan jumlah karyawan yang lebih dari lima ratus orang ternyata rata-rata mengenalnya. Itu belum termasuk dengan teman-teman dari office boy, teman-teman security dan juga tenaga kerja mitra yang terlibat dikantor ini. Jika dihitung mungkin bisa mencapai seribu orang yang tahu tentang dia. Karena mungkin minimal seminggu sekali setiap orang akan bertemu dengannya.
Minimal dalam satu minggu sekali aku selalu memperoleh informasi, berita, ilmu, wawasan, bahkan sampai yang masalah kasus seks anggota DPR itupun ada. Jika dia tidak datang, maka bisa dipastikan ada waktu yang terbuang untuk mencari informasi di tempat lain. Dialah yang membawa itu semua hingga bisa hadir dimeja saya. Dan yang melakukan filter, tentu adalah diri sendiri, mana yang perlu masuk, mana yang perlu keluar.
Sepeda motor butut berwarna merah, dengan boncengan yang diberikan tutup kulit seperti pelana kuda, penuh diisi oleh ilmu-ilmu yang disebarkannya kepada setiap orang yang menginginkannya. Tidak peduli apakah dia hanya seorang office boy, tidak peduli apakah dia hanya seorang satpam, atau bahkan dia seorang pejabat tertinggi dengan gaji dua puluhan juta perbulan. Semuanya dia layani secara personal, mengalahkan apa yang perusahaan sebut dengan excellent service. Dia sudah lebih dari itu.
Mungkin, banyak orang yang menyepelekannya,
mungkin banyak orang yang melupakannya,
mungkin banyak orang yang tidak menyadari kehadirannya,
mungkin pula banyak yang tidak tahu kalau dia itu ada....
Dan, inilah Sang Loper, "The Messenger" ...