Aneh,.. kata-kata pertama seperti itu adalah sesuatu yang wajar kala pertama kali menyambangi ke Warung kecil ini. Dikatakan warung saja sepertinya tidak layak lho, seperti tampak pada gambar diatas. Meja makan dan lengkap dengan kursi-2 nya terletak di belakang rumah yang menempel langsung dengan dapur menyatu pula dengan kebon belakang dan tempat parkiran sepeda motor.
Apa yang bikin tertarik ? Pueedesss-nya lah yang bikin 'geregetan'. Sajian menu andalannya memang hanya dua macam, belut jangkar atau mau lele jangkar ?. Minumannya sama sekali tidak spesial, kalo tidak soft drink ato teh botol, ya es teh dan es jeruk. Tapi masih ada sih yang special juga, yaitu bisa pilih mau nasi jagung ato nasi tulen (aseli kamsudnya).
Sebuah sajian belut yang terpotong-potong kecil-kecil dengan 'peyet'-an sambal (sangat) pedas. Sambalnya inilah yang 'khas' dab luar biasa, bentuknya seperti sambal pecel dengan warna merah dan serasa seperti ada parutan kelapa yang menyatu pada sambal. Entahlah campurannya apa saja, penulis tidak sampai menanyakan lebih jauh perihal keungulannya itu.
Lokasi dari Jalan Basuki rahmat Tuban (sebagai jalan ditengah kota satu-satunya) sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya memang perlu ditanyakan ke masyarakat sekitar kemanakah jalan menuju pemandian 'bektiharho' ?... itu adalah jalur awal yang bakal dilalui jika ingin jalan-jalan kesana. Setelah mealui rumah sakit Medika yang katanya milik salah satu pejabat, masih sekitar setengah kilo lagi sebelum akhirnya belok kanan masuk ke desa (nama desanya lupa. Dan dari belokan tersebut hanya berjarak sekitar 300 meter akan tampak sebuah tulisan 'kecil' "Waroeng Tjangkar". Selesai ?.. tidak juga, karena kita musti memarkir kendaraan kita (jika Roda empat) di jalan tersebut untuk kemudian dilanjutkan jalan kaki sekitar tiga puluh meteran saja menuju sebuah rumah kuning yang terletak ditengah-tengah kampung dan tidak nampak seperti tempat warung atau depot makan.
Selamat mencoba..